Amankah Hewan Peliharaan Anda Dari Kutu Mematikan Ini?

Sumber artikel :
Translated by : Mohamad Eko Sugiyono (muhamad.sugiyono2015@gmail.com)

Penyakit Menular Oleh Kutu, Apakah Hewan Peliharaan Anda Baik-Baik Saja?
11 Agustus 2017   14:52
Severe Febrile Thrombocytopenic Syndrome = SFTS adalah penyakit menular melalui perantara kutu yang biasa hidup di hutan maupun padang rumput. Hingga akhir bulan Juli saja, tercatat sudah 28 orang meninggal dunia di Jepang. Kutu yang membawa virus SFTS yang berbahaya ini, diketahui bisa juga menempel pada hewan peliharaan seperti anjing dan kucing. Apakah hewan peliharaan Anda terjangkit SFTS? Apakah menular ke manusia? Bagaimana menanggulanginya? Berikut adalah informasi terkini mengenai penyakit menular oleh kutu tersebut.
Oleh Daichi Takahashi  Network News Department

Pertama di Dunia  Penyakit pada Kucing
“Harap lakukan pemeriksaan apabila timbul gejala sejenis SFTS pada kucing”.
Pada bulan April 2017, ada informasi dari rumah sakit hewan di Jepang barat yaitu oleh Profesor Ken Maeda dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Yamaguchi. Profesor Ken Maeda adalah ahli yang telah berhasil memisahkan virus SFTS untuk pertama kalinya di Jepang 5 tahun silam.
Foto ilustrasi   Bukan kucing terinfeksi virus
Gejala penyakit tersebut muncul pada kucing peliharaan yang berjenis kelamin betina berumur 2 tahun. Pada pertengahan April, tiba-tiba nafsu makannya hilang, kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit hewan. Pada hari itu juga mereka kembali ke rumah, namun 3 hari setelahnya timbul demam tinggi 39 derajat selama 5 menit. Kondisinya memburuk sehingga harus dirawat inap dan mendapatkan pengobatan dengan infus dan antibiotik.

Menerima informasi tersebut, Profesor Ken Maeda segera melakukan pengujian genetika, dari situ diketahui bahwa kucing tersebut telah tertular SFTS.
Sumber gambar : Laboratorium Penelitian Penyakit Menular Nasional
SFTS adalah penyakit yang ditimbulkan oleh virus melalui perantara kutu. Apabila menular pada manusia, akan menimbulkan demam, muntah, dan diare. Pada kasus yang akut, akan terjadi pendarahan terus menerus, menurunnya fungsi ginjal, bahkan hingga menyebabkan kematian. Dalam 5 tahun ini, sudah ada 280 orang yang terjangkit dan 20% (58 orang) diantaranya meninggal dunia. 
Akan tetapi, menurut Profesor Maeda, selama ini belum diketahui contoh penyakit SFTS pada kucing, ini merupakan contoh kasus pertama di dunia.
Profesor Maeda mengatakan, “Kondisi penyakitnya mirip dengan gejala yang timbul pada manusia, yaitu timbul demam dan turunnya jumlah trombosit. Selama ini jarang sekali ada contoh penyakit pada kucing, bahkan contoh kasus kucing terjangkit virus ini juga tidak diketahui. Akhirnya, semuanya bisa ditemukan sekarang”. Setelah itu, kucing tersebut melakukan beberapa kali pengobatan dan telah kembali sehat.

Apakah Contoh Kasus Kutu Menempel Pada Kucing Semakin Banyak?
Kucing yang terjangkit SFTS ini terinfeksi virus karena gigitan kutu saat berada di luar rumah. Tapi, apakah memang sering terjadi kutu yang hidup di pegunungan tersebut menempel pada kucing peliharaan?
Tim liputan NHK, pada bulan lalu meliput tentang ditemukannya semut api di Jepang yang berasal dari Amerika Selatan yang memiliki racun yang kuat. Anda dapat membaca berita tentang hewan berbahaya seperti kutu dan sebagainya pada homepage NHK.
Di dalam informasi tersebut, ada sebuah postingan dari seorang dokter hewan yang berasal dari provinsi Tottori yang menyebutkan bahwa, “Akhir-akhir ini contoh kasus kutu menempel pada kucing semakin meningkat”.
Setelah kami tanyakan lebih lanjut mengenai pernyataan dokter hewan tersebut, ia menjawab, “Sudah sering melihat kasus kutu menempel pada anjing, akan tetapi selama ini jarang melihat kasus serupa pada kucing, sehingga ia penasaran mengapa kasus tersebut semakin bertambah banyak.”
Berdasarkan postingan tersebut, NHK memutuskan untuk melakukan survei melalui angket ke seluruh rumah sakit hewan di Jepang, dengan pertanyaan, “Apakah pernah ada kasus kutu menempel pada kucing?”.
Hingga saat ini, sudah ada 74 rumah sakit hewan yang memberikan jawaban. 47 diantaranya menjawab bahwa kutu juga menempel pada kucing. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa kutu juga sering menempel pada kucing peliharaan.
Foto yang ditampilkan pada postingan kucing yang terkena kutu.
Mengapa Terjadi Pada Kucing Peliharaan Yang Dekat Dengan Kita
Mengapa semakin banyak contoh kasus kutu menempel pada kucing? Koichi Goshiki dari Laboratorium Penelitian Lingkungan Nasional yang mengerti seluk beluk tentang kutu mengatakan, “Hal ini berkaitan dengan banyaknya binatang liar seperti rusa maupun babi hutan yang masuk ke wilayah manusia”.
Awalnya, kutu banyak terdapat di wilayah pegunungan, mereka hidup dengan menghisap darah binatang liar seperti rusa maupun babi hutan, kutu yang menempel di badan atau bulu binatang tersebut menyebar luas di taman atau ladang di kawasan perkotaan, sehingga banyak bermunculan kasus kutu yang menempel pada kucing atau anjing.
Goshiki mengatakan, “Jika melihat banyaknya kasus kutu menempel pada kucing peliharaan, maka kemungkinan besar bahwa kutu tersebut telah datang ke tempat yang sangat dekat dengan kita”. “Kutu pada kucing peliharaan, bisa menjadi salah satu indikator untuk mengetahui sejauh mana wilayah persebaran kutu tersebut”, imbuhnya.

Sejauh Mana Penularan Penyakit Tersebut Pada Anjing Dan Kucing Peliharaan?
Anjing yang notabene lebih banyak beraktifitas di luar rumah dibandingkan dengan kucing, beresiko tergigit kutu jauh lebih besar.
Setelah Profesor Maeda melakukan penelitian terhadap anjing peliharaan di 40 provinsi, kebanyakan sudah memiliki antibodi yang baik terhadap virus SFTS, akan tetapi di 3 provinsi , yaitu : di Yamaguchi, Kumamoto, dan Miyazaki masih ditemukan anjing yang tertular penyakit ini.
Di beberapa tempat, ada provinsi yang memiliki antibodi sebesar 16%, akan tetapi terdapat selisih tergantung wilayah masing-masing.
Berikutnya, terkait kucing peliharaan. Profesor Maeda juga telah melakukan pemeriksaan pada lebih dari 300 kasus, akan tetapi tidak menemukan kucing yang memiliki antibodi yang baik, selain kucing yang dibahas di awal tadi.
Terkait hal tersebut, Profesor Maeda menarik kesimpulan bahwa, “Itulah yang menyebabkan banyaknya kucing yang kondisnya memburuk lalu mati jika tertular SFTS”.

Apakah Penyakit Tersebut Bisa Menular Dari Hewan Peliharaan Ke Manusia?
Telah ditemukan sebuah kasus yang disinyalir terjadinya penularan dari hewan peliharaan ke manusia. 3 tahun yang lalu, seorang laki-laki berusia 60 tahun yang tinggal di provinsi Ehime tertular SFTS, dan harus dirawat inap di rumah sakit.
Profesor Maeda melakukan penyelidikan, ia menemukan bahwa anjing yang dipelihara oleh laki-laki tersebut digigit oleh kutu dalam jumlah banyak, dan tertular SFTS.
Laki-laki tersebut menyampaikan bahwa ia pernah membunuh kutu yang menempel pada anjingnya dengan tangan telanjang. Profesor Maeda menyimpulkan bahwa kemungkinan laki-laki tersebut tertular dari anjingnya langsung atau dari kutu yang menempel pada anjing peliharaannya itu.
Selain itu, tahun lalu ada seorang perempuan berusia 50 tahun yang digigit oleh kucing liar yang diduga terinfeksi SFTS, ia pun tertular penyakit SFTS dan setelah itu meninggal dunia. Kasus tersebut telah diklarifikasi kebenarannya bulan lalu.
Profesor Maeda mengatakan, “Jika anjing pergi ke luar rumah, meskipun tidak digigit kutu, kutu tersebut bisa saja menempel pada bulunya lalu masuk hingga ke dalam rumah. Selain itu, karena adanya potensi terjadi penularan dari hewan peliharaan ke manusia, harap berhati-hati pada saat membersihkan kotoran hewan peliharaan terutama pada saat hewan peliharaan sedang dalam kondisi yang kurang sehat”.

Bagaimana Mencegah Penularan Dari Hewan Peliharaan? 
Penularan ke hewan peliharaan, yang nantinya juga mengarah ke penularan ke manusia, bagaimana cara mencegahnya? Perlu diketahui bahwa, kutu tidak hanya menjadi perantara SFTS saja, namun juga menjadi perantara patogen lainnya. Konsultasikan dengan dokter hewan Anda, juga akan lebih efektif bila menggunakan pestisida kutu untuk hewan peliharaan. Ada pula obat yang cukup digantung di leher kemudian kandungannya akan menyebar ke seluruh tubuh tergantung jenis obatnya.
Kemudian, ketika hewan peliharaan kembali ke rumah setelah bermain di luar, sebaiknya periksa baik-baik ada tidaknya kutu yang menempel, lebih efektif jika disisir menggunakan serit.
Apabila kutu menggigit tubuh hewan peliharaan kita, jangan dicabut secara paksa, karena adakalanya bagian mulut kutu akan tertinggal di kulit. Harap berhati-hati karena ini bisa menyebabkan nanah atau juga menjadi penyebab tertular patogen.
Kemudian, apabila pada tangan pemelihara ada lecet dan sebagainya, ada resiko terjadinya penularan ke tubuh manusia, oleh sebab itu mintalah bantuan dokter hewan untuk mencabut kutu yang menggigit tubuh hewan peliharaan Anda.
NHK secara terus menerus akan mengumpulkan informasi terkait kutu yang menempel pada anjing dan kucing. Apabila Anda memiliki informasi atau masukan bagi kami, silahkan berkunjung ke website kami. Hasil liputan akan ditampilkan pada alamat website di bawah ini.



Diterjemahkan dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia
翻訳サービスを求める方は下記の窓口までお問い合せください。
Jasa terjemahan Bahasa Indonesia  Bahasa Jepang, atau sebaliknya.
Mohamad Eko Sugiyono (muhamad.sugiyono2015@gmail.com) atau WA 0896-1026-5543




Komentar

Postingan populer dari blog ini

電車に乗る時のマナー Sopan Santun Saat Menaiki Kereta

Lyric, Translation & Chord ”心の友” Kokoro no tomo

Penyebab Mual Pada Trimester Ke-2 Kehamilan dan 8 Cara Mengatasinya

インドネシアの食文化 (Budaya Kuliner Indonesia)

KANKER SERVIKS Pembunuh Nomor 1 Wanita Indonesia

ASALKAN KAU BAHAGIA_ARMADA BAND (KATAKANA LYRICS)

Saran Untuk Anda Yang Ingin Belajar Ke Jepang